Friday, August 16, 2019

LAPORAN PENGUJIAN BULU BENANG (HAIRINESS)


PENGUJIAN BULU BENANG (HAIRINESS)

MAKSUD DAN TUJUAN
- Mahasiswa dapat menghitung jumlah bulu yang terdapat pada benang dengan menggunakan alat Hairiness Tester.
- Mahasiswa dapat membedakan panjang bulu yang terdapat pada benang dengan menggunakan alat Hairiness Tester.

TEORI DASAR
         Hairness adalah jumlah helai total serat – serat yang menonjol dalam pengukuran benang nyata sepanjang 1 cm. Contohnya hairness 4,0 dari suatu contoh berarti total jumlah panjang serat yang menonjol 4 helai setiap benang yang panjangnya 1 cm. Jadi, hairness adalah perbandingan total panjang serat-serat yang menonjol terhadap satuan panjang.
         Hairness merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketidakrataan pada benang. Makin banyak hairness, makin tidak rata benangnya. Sebaliknya, makin sedikit hairness semakin baik mutu benang tersebut menunjukkan jumlah panjang serat yang menonjol semakin rendah.

Penyebab terjadinya hairness dipengaruhi oleh:
1. Panjang serat
Makin panjang seratnya tentunya ujung-ujung seratnya dalam penampang yang sama makin sedikit sehingga bulu pada benangnya makin sedikit.
2. Kerataan panjang serat
Serat yang mempunyai variasi panjang serat yang tinggi akan mengakibatkan setting pada mesin pemintalan susah dilakukan sehingga kemungkinan menimbulkan bulu akan semakin tinggi
3. Proses pemintalan
Adanya peralatan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya makin menambah kemungkinan meningkatnya bulu pada benang. Demikian juga adanya penambahan peralatan pada pemintalan misalnya compact spinning akan meningkatkan kualitas benang dengan sangat sedikitnya bulu benang.

              Bulu benang yang tinggi akan menghambat proses selanjutnya misalnya pada proses pertenunan sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan penganjian yang intensif. Makin intensifnya proses penganjian tentunya akan meningkatkan biaya produksi. Benang dengan bulu yang sedikit misalnya compact yarn sangat menguntungkan karena proses peganjiannya hanya sedikit saja sehingga akan menurunkan biaya produksi.
Pengujian bulu benang dilakukan untuk mengetahui jumlah bulu benang setiap panjang tertentu. Pengujian dilakukan dengan alat Hairiness Tester. Panjang bulu yang dapat dideteksi yaitu :
- Bulu benang yang panjangnya diatas 0,5 mm
- Bulu benang yang panjangnya diatas 1,5 mm

ALAT DAN BAHAN
Hairiness Tester yang dilengkapi:
Sensor Photo Cell
Meter Penggulung Benang
Benang contoh uji

CARA KERJA
1. Menyalakan alat uji hairness
2. Menyalakan seperangkat computer yang terpasang pada alat uji
3. Mengaktifkan kamera pada alat uji dengan mengaktifkannya pada software yang terdapat pada kopmputer
4. Membuka program pengujian hairness tester
5. Memasang benang pada alat penguji
6. Menyalakan motor penggerak
7. Menjalankan pengujian dengan meng-klik run test pada program tersebut
8. Pengujian dilakukan selama 1 menit sebanyak 5 kali pengujian
9. Mencatat data – data yang diperoleh (bisa juga dengan meng-klik preview pada program itu)

DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Test length = 0,75 meter/sample
Eval time = 1 minute/sample
 

DISKUSI
Banyaknya bulu pada benang dapat dipengaruhi oleh panjang serat dimana makin panjang serat aka tentunya ujung-ujung serat makin sedikit sehingga bulu pada benang akan semakin sedikit. Kerataan panjang serat juga dapat mempengaruhi bulu pada benang karena serat yang mempunyai variasi panjang serat yang tinggi akan mengakibatkan setting pada mesin pemintalan susah diakukan sehingga kemungkinan menimbulkan bulu yang semakin tinggi. Bulu benang yang tinggi biasanya akan menghambat proses selanjutnya misalnya pada proses pertenunan sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan pengajian yang intensif. Makin intensifnya proses penganjian maka akan meningkatkan biaya produksi.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
Jumlah bulu dengan panjang 0,5 mm = 620,8 / meter.
Jumlah bulu dengan panjang 1,5 mm = 40,4 / meter.
S (0,5 mm)  =  49,5
CV (0,5 mm)  = 7,97%
S (1,5 mm)  = 9,88
CV (1,5 mm)   = 24,45 %

DAFTAR PUSTAKA
Moerdoko Wibowo, S. Teks, Dkk, Evaluasi Tekstil bagian fisika, Institut Teklnologi Tekstil, Bandung, 1973.
ITT, Standar Cara Pengujian dan Toleransi Benang Kapas, Bandung, 1968.
Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil II ( Evaluasi Benang ). Sekolah Tinggi Teknologi  Tekstil, Bandung; 2006.

No comments:

Post a Comment

LAPORAN PENGUJIAN GRADE BENANG KAPAS