Friday, August 2, 2019

Laporan Hukum OHM FISDAS I


HUKUM OHM

       I.            Maksud dan Tujuan
·      Menentukan tahanan dalam (RL) daripada lampu 1 dan lampu 2 dengan menggunakan ampermeter dan voltmeter.
·      Mengerti dan memahami cara penulisan ilmiah
    II.            Teori Dasar
Hukum ohm menyatakan bahwa tegangan pada terminal – terminal material penghantar berbanding lurus terhadap arus yang mengalir melaui material ini, secara matematis hal ini dirumuskan sebagai berikut:
V   =    I . R
dimana:            V =  beda potensial (volt)
            I   =  kuat arus (ampere)
            R  =  tahanan penghantar (ohm) 
        Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda potensial. Satu cara untuk menghasilkan beda potensial ialah dengan baterai. George simon ohm (1797-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke ujung – ujungnya . Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple menjelaskan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan. Tetapi beberapa zat terutama semi-konduktor , tidak mengikuti hukum Ohm. Sebuah grafik menunjukkan hubungan antara V dan I yang diberikan hukum Ohm menghasilkan garis lurus. Hukum Ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan. Hukum Ohm dapat diterapkan dalam rangkaian tahanan seri. Yang dimaksud dengan rangkaian tahanan seri adalah tahanan dihubungkan ujung ke ujung atau dalam suatu rantai.
       Untuk mencari arus yang mengalir pada rangkaian seri dengan tahanan lebih dari satu , diperlukan jumlah total nilai tahanan-tahanan tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena setiap tahanan yang ada pada rangkaian seri akan memberikan hambatan bagi arus untuk mengalir (Hayt, 1991  )

            Bila dalam suatu penghantar R mengalir arus listrik I maka dalam penghantar tersebut ada tenaga listrik yang hilang dan berubah menjadi panas. Hal ini dikatakan ada tenaga listrik yang terdissipasi, yang besarnya ialah   :


         P   =      V . I
 


dimana   :         P   =  daya listrik (watt)
Disini dimisalkan tidak ada (tidak timbul) induksi diri atau kapasitif induksi dalam lampu listrik. Karena jika demikian, maka akan timbul beda fase antara  E  dan  I, sehingga kedua rumus di atas tidak berlaku.
 III.            Alat – alat dan Bahan
·         AC amperemeter
·         AC voltmeter
·         Tahanan geser
·         Lampu 1
·         Lampu 2
·         Kabel penghubung
·         Sumber arus

  IV.            Cara Kerja
·         Rangkaian seperti pada gambar (1) disusun, dengan memakai lampu 1 dan belum dihubungkan dengan sumber arus. Besarnya tegangan listrik yang harus digunakan diperhatikan.
·         Setelah rangkaian diperiksa oleh asisten barulah rangkaian dihubungkan dengan sumber.
·         Kuat arus dicatat untuk beberapa harga potensial dari 50 s.d. 150 volt begitu pula sebaliknya.
·         Percobaan di  atas diulangi dengan menggunakan lampu 2.
·         Percobaan 1 s.d. 3 diulangi menggunakan lampu 1 yang dipasang seri dengan lampu 2. Perhatikan beda nyala lampunya.
·         Percobaan 5 diulangi, tetapi kedua lampu dipasang paralel. Perhatikan nyala lampunya.
·         Percobaan 1 s.d. 6 diulangi untuk rangkaian seperti pada gambar 2.
     V.            Data Percobaan
Rangkaian Listrik Gb. 1
·         Lampu 1
Tegangan(v)
Kuat arus ( Ma )
Nyala lampu
50
210
Membara
60
225
Redup
70
240
Redup
80
260
Nyala
90
280
Nyala
100
300
Terang

·         Lampu 2
Tegangan(v)
Kuat arus ( Ma )
Nyala lampu
50
210
Membara
60
225
Membara
70
245
Membara
80
265
Redup
90
285
Nyala
100
300
Terang

·         Rangkaian seri
Tegangan(v)
Kuat arus ( Ma )
Nyala lampu
50
150
Lampu 1 dan lampu 2 membara
60
160
Lampu 1 dan lampu 2 membara
70
180
Lampu 1 dan lampu 2 membara
80
190
Lampu 1 dan lampu 2 membara
90
200
Lampu 1 dan lampu 2 membara
100
220
Lampu 1 dan lampu 2 membara

·         Rangkaian paralel
Tegangan(v)
Kuat arus ( Ma )
Nyala lampu
50
420
Lampu 1 dan lampu 2 membara
60
440
Lampu 1 dan lampu 2 membara
70
480
Lampu 1 dan lampu 2 redup
80

90

100


VII.          Rangkaian Listrik Gb. 2
·         Lampu 1
Tegangan(v)
Kuat arus ( Ma )
Nyala lampu
50
205
Membara 
60
235
Membara
70
355
Redup
80
260
Nyala
90
280
Terang
100
300
Terang
·         Lampu 2

Tegangan(v)
Kuat arus ( Ma )
Nyala lampu
50
215
Membara
60
230
Membara
70
250
Redup
80
260
Redup
90
280
Nyala
100
300
Terang








·          Rangkaian seri
Tegangan(v)
Kuat arus ( Ma )
Nyala lampu
50
160
Lampu 1 dan lampu 2 membara
60
165
Lampu 1 dan lampu 2 membara
70
180
Lampu 1 dan lampu 2 membara
80
190
Lampu 1 dan lampu 2 membara
90
200
Lampu 1 dan lampu 2 membara
100
220
Lampu 1 dan lampu 2 redup
·         Rangkaian paralel
Tegangan(v)
Kuat arus ( Ma )
Nyala lampu
50
400
Lampu 1 dan lampu 2 redup
60
440
Lampu 1 dan lampu 2 nyala
70
480
Lampu 1 dan lampu 2 terang
80
500
Lampu 1 dan lampu 2 terang
90

100


  VI.   Pertanyaan dan Jawaban
  • Hitunglah tahanan  setiap lampu, pada setiap pasang kuat arus dan beda potensial untuk setiap metoda !
Jawab :

§  Metoda I
Tegangan(v)
Kuat arus (A)
R = V/I
Rangkaian lampu
50
0,21
238,095


Lampu 1
60
0,225
266,67
70
0,24
291,67
80
0,26
307,69
90
0,28
321,42
100
0,30
333,33

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
R = V/I
Rangkaian lampu
50
0,21
238,095


Lampu 2
60
0,225
266,67
70
0,245
285,71
80
0,265
301,88
90
0,285
315,78
100
0,30
333,33

§  Metoda II
Tegangan(v)
Kuat arus (A)
R = V/I
Rangkaian lampu
50
0,205
243,90


Lampu 1
60
0,235
255,31
70
0,255
274,50
80
0,26
307,69
90
0,28
321,42
100
0,30
333,33

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
R = V/I
Rangkaian lampu
50
0,215
232,55


Lampu 2
60
0,23
260,86
70
0,25
280
80
0,26
307,69
90
0,28
321,42
100
0,30
333,33
  •  Hitunglah tahanan rangkaian seri dan pararel secara percobaan !
Jawab :
§  Metoda I
Tegangan(v)
Kuat arus (A)
R = V/I
Rangkaian lampu
50
0.15
333,33


Rangkaian seri
60
0.16
375
70
0.18
388.89
80
0.19
421,05
90
0.20
450
100
0.22
454,545

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
R = V/I
Rangkaian lampu
50
0,42
119,04


Rangkaian paralel
60
0,44
136,36
70
0,48
145,83
80
90
100

§  Metoda II
Tegangan(v)
Kuat arus (A)
R = V/I
Rangkaian lampu
50
0,16
312,5


Rangkaian seri
60
0,165
363,63
70
0,18
388,89
80
0,19
421,05
90
0,20
450
100
0,22
454,545

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
R = V/I
Rangkaian lampu
50
0,40
125


Rangkaian paralel
60
0,44
136,36
70
0,48
145,83
80
0,50
160
90
100
  • Hitunglah power yang diberikan pada setiap lampu untuk setiap keadaan !
Jawab :
§  Metoda I
Tegangan(v)
Kuat arus (A)
P =V.I
Rangkaian lampu
50
0,21
10,5


Lampu 1
60
0,225
13,5
70
0,24
16,8
80
0,26
20,8
90
0,28
25,2
100
0,30
30

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
P =V.I
Rangkaian lampu
50
0,21
10,5


Lampu 2
60
0,225
13,5
70
0,245
17,15
80
0,265
21,2
90
0,285
25,65
100
0,30
30

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
P=V.I
Rangkaian lampu
50
0.15
7,5


Rangkaian seri
60
0.16
9,6
70
0.18
12,6
80
0.19
15,2
90
0.20
18
100
0.22
22

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
P = V.I
Rangkaian lampu
50
0,42
21


Rangkaian paralel
60
0,44
26,4
70
0,48
33,6
80
90
100


§  Metoda II
Tegangan(v)
Kuat arus (A)
P=V.I
Rangkaian lampu
50
0,205
10,25


Lampu 1
60
0,235
14,1
70
0,255
17,85
80
0,26
20,8
90
0,28
25,2
100
0,30
30

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
P = V.I
Rangkaian lampu
50
0,215
10,75


Lampu 2
60
0,23
13,8
70
0,25
17,5
80
0,26
20,8
90
0,28
25,2
100
0,30
30

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
P = V.I
Rangkaian lampu
50
0,16
8


Rangkaian seri
60
0,165
9,9
70
0,18
12,6
80
0,19
15,2
90
0,20
18
100
0,22
22

Tegangan(v)
Kuat arus (A)
P= V.I
Rangkaian lampu
50
0,40
20


Rangkaian paralel
60
0,44
26,4
70
0,48
33,6
80
0,50
40
90
100

  • Gambarlah grafik V terhadap I untuk masing – masing lampu untuk tiap rangkaian/metoda, juga untuk rangkaian seri dan pararel. Apa kesimpulan saudara tentang karakteristik lampu tersebut ?
Jawab :
Semakin besar tegangan maka sebakin besar kuat arus itu membuktikan bahwa tegangan berbanding lurus dengan kuat arus.
  • Buatlah grafik tahanan sebagai fungsi dari kuat power untuk tiap lampu dan tiap metoda ?


Jawab :
  •   Bagaimanakah bentuk grafik pada pertanyaan no. 4, 5, dan 6 ? Apakah R konstan ? Berilah pembahasan ! Faktor apa saja yang menyebabkan ini ?
Jawab :
            Pada grafik no. 4 cenderung naik atau meningkat, hal ini membuktikan bahwa V dan I berbanding lurus, namun pada grafik  no. 5 cenderung hal itu disebabkan karena v yang semakin naik tapi namun v tetap maka akan terjadi penuunan hak itu nenbuktikab bahwa R berbandingterbalik dengan I begitupun p
            Namun semua grafik berjalan konstan sesuai dengan kenaikan atau dengan penurunan, misalnya grafik pada metoda 1 dengan metoda 2 hampir sama.
-          Rangkaian listrik pada metoda 1 dengan metoda 2 walaupun ada perbedaan dalam letak penyimpanan miliamperemeter namun dalam prinsipnya tetap sama.
-          Terbuktinya hukum Ohm
V = I. R          
  • Dari segi kualintatif, mana yang lebih terang, pemasangan seri atau pararel ? Beri penjelasan !
Jawab :
            Sangat jelas bahwa rangkaian pararel yang lebih terang. Hal ini terbukti dari data percobaan. Karena dalam pemasangan pararel kuat arus dan beda potensial yang masuk lebih besar. Sedangkan pada rangkaian seri tahanan / hambatan lebih besar.

VII.          Diskusi
·         hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada nilai hambatan pada rangkaian paralel. Seperti yang telah terlihat pada tabel pada hasil praktikum. Perbedaan atau selisih nilainya hampir mencapai 3 kali lipat. Misalnya pada tabel terlihat dipercobaan pertama  besar tegangan sama-sama sebesar 50 V tetapi kuat arusnya berbeda. Pada rangkaian seri kuat arusnya 0,15 A sedangkan pada rangkaian paralel 0,42 A. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan nilai hambatan pada keduanya.
·         Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus. Seperti yang terlihat pada tabel hasil percobaan, jika tegangan bertambah maka kuat arus juga bertambah. Baik itupada rangkaian seri maupun pada rangkaian paralel, walaupun ada yang pertambahannya hanya sedikit sekali.
Namun Melihat hasil dari perhitungan di atas, hasil yang diperoleh terdapat sedikit penyimpangan. Hal ini disebabkan oleh:
a.       Kurang telitinya dalam melakukan pengamatan, baik terhadap miliAmperemeter, voltmeter maupun terhadap lampu.
b.      Kurang lekatnya pemasangan kabel penghubung dari tiap – tiap alat yang digunakan, sehingga dapat mengganggu arus listrik karena terjadi kebocoran.
VIII.       Kesimpulan
            Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dan hasil perhitungan yang diperoleh di atas  didapatkan bahwa :
·         R (hambatan) dan I (arus) berbanding lurus, semakin besar hambatan maka semakin besar kuat arus.
·         hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada nilai hambatan pada rangkaian parallel
·         Nilai hambatan berbanding terbalik dengan nilai kuat arusnya. Jika nilai hambatannya besar, maka nilai kuat arusnya akan kecil. Begitu juga sebaliknya.
IX.              Daftar Pustaka
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, STTT . Bandung.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hukum_Ohm, diakses pada 22 Maret 2018






No comments:

Post a Comment

LAPORAN PENGUJIAN GRADE BENANG KAPAS